Kamis, 30 Desember 2010

Terimakasih sakit…

Hampir 5 hari sejak tenggorokan gatal dan mulai flu yang terus berlanjut dengan sakit kepala. Ini penyakit musiman yang selalu hinggap dalam hidup saya. Maka kesempatan seperti inilah yang saya manfaatkan untuk mengistirahatkan tubuh dari segala aktifitas sok aktif di schedule hidup.

Seperti hari ini, terbangun dari tidur dengan kepala seperti dihantami oleh godam. Mata memerah nanar. Hiduk sesak menyiksa. Tenggorokan gatal menggila.Aaargh berdiri tegak saja sudah syukur. Tak tenang seperti itulah nuansa sepagi ini. Tadi sempatkan tahajud dua rakaat, walaupun sempat oleng tapi harus dikuat-kuatkan. Sampai akhirnya adzan berkumandang, dengan lemas dan paksaan akhirnya si kaki mau juga melangkah untuk shalat jamaah di masjid.

Ba’da subuh, badan tak kuat lagi. Saya tumbang! terlelap nikmat sementara adik saya juga masih terlelap dalam nikmat yang sama sejak tadi!

Entah kapan, dalam ketidaksadaran adik saya meminta saya untuk pindah ke atas kasur, sepertinya dia sudah siap beraktifitas tapi dengan tak sadar saya merespon, saya masih saja terlelap, di tempat yang berbeda.

Saya terbangun dengan getaran Ponsel tepat jam 6 pagi. Kamar sudah sepi, laptop masih mati, dan kamar masih tetap seperti kapal pecah. Argh, kepala lumayan enteng tapi flu tak bisa diganggu gugat, masih eksis mendera hidung. Mampet luar biasa.

Kuangkat panggilan di ponsel yang ternyata adalah panggilan dari Wanita yang lembut hatinya (Ibuku tercinta). Wah sepagi ini sudah menelepon, ada apakah? saya jadi penuh tanda tanya.

Sampai akhirnya, “Selamat ulang tahuuuuun ya, sayang…”

Gubrak! Astaghfirullah…benar ini tanggal 30 Desember! Ini hari miladku! Waaah lupa, karena sibuk dengan sakit, jadi tak terpikirkan hari spesial dan penuh renungan ini.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pastinya ada saja kenangan tentang Milad yang bisa diceritakan. Tapi kali ini, cukuplah sakit yang menjadikan pengingat bahwa hidup ada dinamikanya. Suka duka, sakit sehat, susah dan senang. Nikmati saja dan syukuri. Seperti sakit yang mulai muncul 4-5 hari ini berbuah cinta dari orang tua. Walaupun itu hanya sebuah ucapan selamat. I Like it!

Seandainya Allah berikan aku sehat, belum tentu aku bisa merenungi kenapa usiaku bertambah. Tapi dari segala hal yang kudapati dalam sakit, ada kuasa Allah dalam segala kelalaian dan kesombongan yang kurasakan ketika sehat.

Read More...

Senin, 27 Desember 2010

Suara Angkringan: dengarlah dan kita akan tahu bagaimana kesederhanaan itu bicara!

Mulai menulis hal ini bermula dari hoby-ku mampir di Angkringan Bu Adit, begitu beliau kukenal karena anak terkecilnya bernama Adit yang juga seorang santri di TPA Citra Fiisabilillah. Entah karena nasib anak kost, angkringan jadi tempat paling bersahabat untuk kantong dibandingkan warung-warung samping Masjid yang menawarkan menu lebih beragam. Tapi tentunya bukan masalah kantong yang utama ingin kusoroti di sini, toh walaupun menu di angkringan Bu Adit sangat terbatas tapi ada hikmah yang nilainya lebih mahal dari warung-warung itu.

Angkringan ini terletak di Jalan Krasak, Yogyakarta. Tepat di ujung timur sebelum perempatan Kerasak Timur, bersebrangan dengan bengkel service alat elektronik milik Pak Adit (ini suaminya Bu Adit hehe). Di tempat inilah banyak cerita mampir, di tempat inilah banyak kisah bertaburan, di sini pula remah-remah perjuangan hidup itu tercurah, dan disinilah aku merenungi tentang hidup. Tempat yang memang tidak selalu ramai, namun dimiliki oleh orang yang penuh syukur dan pembelajaran hidup.

Berlebihan? kurasa tidak, orang punya cara masing-masing menikmati hidup begitu juga diriku. di Angkringan Bu Adit kunikmati hidupku. Aku tinggal mendengarkan, mengangguk, menanggapi, mengobservasi, menyimak, dan pastinya harus makan-laaaaah. Yang jelas mengambil hikmah dari setiap obrolan itulah yang paling berkesan, hal yang tidak akan kudapatkan di warung-warung lainnya.

Seperti pagi ini, Selasa 28 Desember 2010. Angkringan sepi dan hanya aku pelanggannya yang datang. Langsung pesan coffiemix plus mie rebus. Lalu duduk manis sambil nulis catatan kecil buat kerangka ide Buku KKE.

“Semogaaa nggak jadi diangkut…” Begitu Bu Adit membuka obrolan.

“Semoga aja Bu…soalnya yang ngelapor kan cuman satu, itu pun ndak jelas. Kalau yang ngelapor ber-Jamaah yaaa mungkin aja bisa kejadian!” Lanjutku sambil melirik beberapa gorengan di depanku, menggiurkan tapi ntar dulu deh. Tunggu minuman selesai dibuat, argh tenggorokan gatal nih.

Kemarin, hari Kamis tepatnya tanggal 23 Desember 2010. Bu Adit memang bercerita kalau Pak Sutar selaku ketua RT 17 yang juga menjabat pegawai kelurahan menyampaikan berita bocoran dari pemerintah kelurahan. Beliau bilang kalau ada warga yang melaporkan soal gerobak-gerobak di pinggir jalan Krasak yang cukup mengganggu, sehingga isue yang muncul adalah setelah Natal akan ada proses penertiban dari kelurahan untuk gerobak di sekitar Jalan Kerasak. Bu Adit dan beberapa orang kerasak mengindikasikan bahwa orang yang melapor ke kelurahan itu adalah orang yang sirik dan tidak suka dengan kondisi pedagang di sepanjang jalan, misalnya saja Pak Tarman dan warung Soto-nya yang baru berdiri 1 bulan terakhir, warung yang unik karena berkuah susu (Mhmmmm promotion!). But whatever…orang-orang yang merasa terancam menganggap ini hanyalah sikap reaktif yang muncul dari sebuah rasa iri pada kemajuan usaha para pedagang di kerasak.

Tentu saja ini membuat Bu Adit shock saat itu. Ia bercerita panjang lebar perihal pelapor yang tidak bertanggung jawab itu. Bu Adit berkeluh kesah kalau angkringannya yang berdiri dengan susah payah dan penghasilannya yang tidak seberapa. Dengan isue penertiban itu, tentu saja Bu  Adit harus berpikir lagi bagaimana beradaptasi dengan perubahan tempat ankringanny. Sebenarnya itu belum terjadi, tapi Bu Adit sudah benar-benar mengantisipasi kalaupun hal terburuk itu terjadi.

Waktu berjalan dan seperti sekarang. Tanggal 28 Desember ini, dimana tak ada sama sekali tanda-tanda penertiban akan terjadi. Seperti itulah isue, sesuatu yang membuat orang-orang kecil pusing dan bingung untuk menyikapi. Mungkin inilah yang perlu dimengerti setiap orang yang memiliki derajat sosial yang tinggi. Bahwa orang-orang kecil itu tak memiliki kekuatan kecuali keluh-kesah dan rencana-rencana.

Allah memang memberikan ujian bagi setiap orang dengan kadar kemampuannya masing-masing. Sangat mungkin juga ujian seseorang diwujudkan oleh orang lain. Tapi apakah kita tega menguji seseorang dengan ketidak sadaran kita akan apa yang kita perbuat. Untuk itulah kesadaran itu penting, dengan kesadaran itulah kita bersikap agar orang lain tidak terzhalimi…walaupun hanya dengan kata-kata kita.

Entahlah, siapa yang salah berkata-kata dari warga Krasak soal penertiban gerobak disepanjang jalan itu. Yang jelas kata-kata itu sudah cukup membuat panik orang-orang seperti Bu Adit. Membuat mereka pusing dan bingung. Aku hanya pelanggan yang datang dan menikmati hidangan, tapi aku juga mendengarkan dan tergerak untuk menuliskan…sebuah perenungan dari Suara Angkringan.

Read More...

Senin, 01 November 2010

FB Berhikmah Syukur

Kuhitung waktu jelas-jelas membuatku sadar kalau 3 hari aku tak menuliskan kata-kata di buku catatan biru kecil itu. Juga meng-update tulisan di blog ini. Tapi Alhamdulillah masih ada kesempatan merenung sebelum terlelap malam ini.

Sekarang pukul 24.30 WIB. Tepat tengah malam. Aku memikirkan bagaimana di pagi hari tadi terbangun dengan badan pegal-pegal dan paha lecet-memar karena musibah di mukhayam kemarin (nggak hanya itu, bersin aja sudah bikin otot ketarik sana-sini).

Tapi syukurlah sudah mulai reda dan optimis 2-3 hari nanti sudah pulih seperti sedia kala.

Soal musibah itu sebenarnya ada kisah tersendiri tapi yang jelas entah muncul niat apa pengen update status soal itu di FB, begini statusnya:

  • "Ternyata nikmat itu kerasa kalau sudah dicabut...nikmatnya punya kaki kalau sekarang kaki sedang memar n jalan jadi pincang. ^^ Alhamdulillah."

Begitu kutuliskan di status FB-ku sebelum munculnya komentar ini:
  • betul2..kita lupa saat kita ada,anggap smua sbgai kwajaran bukan anugerah.. Bersyukurlah slagi ada dan tidak ada..
Aku kaget juga dengan komentar yang tiba-tiba nongol itu. Karena jujur yang komentar itu Dosen kampus yang notabenenya dikenal killer and very ! Akhirnya kucoba jawab saja koment beliau, seperti ini jawabanku:
  • Siiip Pak Anton. bener tuh-bener...bersyukur kapan pun! That's the key of life! Keep syukur ya, coz semakin bersyukur katanya nikmat ditambah ^^ amiin...
Kupikir dengan menjawab itu akan selesai karena canggung juga ngobrol dengan dosen yang sampai urusan kuliah harus ngulang di mata kuliah beliau (duuh malu, maklumlah anak sosial soal statistik or eksak bikin megrain kepala!) ternyata jawaban beliau:
  • iya,dulu aku puny tngn 2 kyna biasa aja wajar gt coz smua jg punya.tpi saat g ada bru tau bhw itu anugerah..tpi saat g ada tngn knanpun aku skrng bersyukur,cm tangan bukan kaki ato kepala he..he..
Waduh, ternyata ini deket sekali dengan kondisi Dosenku itu. Ini masalah fisik, jelas beliau Dosen yang encer di otak soal statistik and sejenisnya. Dan seperti nya Allah menguji beliau dengan kondisi tangan yang "kurang normal"~tangan kanan beliau tidak berfungsi seperti biasanya. Ah, akhirnya kucoba saja menanggapi dengan akrab dan ringan agar lebih akrab:
  • hehehe ada-ada ja ni Pak Dosen...semangat syukur kita pada Allah adalah semangat pengabdian sebagai hamba ya pak...salute tuk orang-orang yang bersyukur!
Yah, begitu setidaknya cara santun agar tak terkesan sebagai "penjilat" dan cari muka di hadapan beliau (jujur tak suka tipe mahasiswa seperti ini!). Yah berharap tak ingin memperpanjang cerita atau terlalu banyak ingin tahu soal musibah beliau tentunya. Tapi ternyata seorang adik kelas turut berkomentar, sebut sja dia KY, begini komentarnya:
  • Ciye,,, Pak Dosen ama Mahasiswa harmonis bgt nih,, Prikitiew,,
    He3 Dosen&Mahasiswa jg Mahasiswa&Dosen bgitu indah trnyt jika saling pengertian,, ciye3.. Eh, k'haris knapa tuh?
Yaaa wajarlah, emang aku jarang banget yang namanya ngoment or ngobrol dengan Dosenku itu. Lalu kujawab saja si KY dengan jawaban seperti ini:
  • hehehe si kulo nongol. hehe kaki lecet memar nih mbntur beton :)
Hufh...setelah ngoment gitu kebayang deh bagaimana di Mukhayam waktu itu aku nekad melakukan body shock pada lawan yang sedang berlari kebut (seperti football ala amrik lah, tahu kan?) dan walhasil memar inilah hadiahnya. Tak berapa lama coment Pak Dosen muncul lagi:

  • Alhamdulilah cuma bentur beton diem ! coba mbentur truk tronton yg lagi bwa muatan 30 ton lggi ngebut 80 km/jam kan lumayan effeknya....

Ugh! Sadisss Pak! Jujur saya nggak berharap koment ini muncul tapi mau gimana lagi. Haduh, nggak nyaman banget baca koment yang seoalah-olah membangun nostalgia beliau itu. Aku harus pandai-pandai menetralkan suasana statusku agar tak terkesan prihatin keterlaluan atau menganggap enteng berlebihan. Bismillah, maka kukoment saja seperti ini:
  • Waduh Pak saya nggak bisa ngebayangin tuh...Pak Anton gitu ya kecelakaannya? maaf lho pak.

Uuuuugh kok kepencet "komentari" sih. Haduh, nggak kepikir gimana tuh rasanya dosen baca komenku. Duh ada rasa bersalah nih. Bener nggak ya tuh komentku. Belum selesai rasa uring-uringan itu eh si KY komen lagi:

  • @K'Haris : Mugi2 cepet diparingi kuwarasan saking Gusti Allah,, Amiin
    @Pak Anton : Smgt Pak,,!! You are one of my favorit lecture :-)
Haduuuh itu artinya apa lagi. Ada yang bisa translate-kan? hohoho yang penting:
  • Amiin....
Begitu jawabku. Cuman haduuuh kalimat dibawahnya yang dipesembahkan untuk dosen tercinta itu lho ckckckck, kurang sreg aja rasanya. Biasa lah. Ahh semoga ketulusan hati dapat menampung makna di dalamnya. Stelah itu sepiiiii...tak ada lagi balasan. Semoga saja obrolan singkat di status FB-ku itu bisa berbekas sebagai hikmah.

Setidaknya yang ada sekarang adalah angan untuk bisa sadar bahwa dalam setiap musibah pasti ada hikmah. Tinggal bagaimana orang-orang beriman mampu memetiknya.

Dosenku itu mungkin salah satu contohnya, kekurangan yang dihadapinya justru tidak membuatnya kendor pada perjuanangan hidup. Bahkan luar biasa ke kampus saja nyetir mobil sendiri saudara-saudara, dengan satu tangan~tangan kiri...dahsyad kan?

Sooo pasti ini suatu pelajaran bagi mereka yang normal tapi tak sadar akan syukurnya nikmat yang telah Allah berikan saat ini. Lihat saja beliau tetap PeDe walau memang tampak killer dengan segara kebijakannya terkait akademik. Tapi dibalik itu aku berusaha mengerti itulah cara beliau melengkapi kelemahan yang beliau sadari.

Kelemahan ditutupi dengan pembuktian pengabdian. Ah...sedikit sekali aku menyadarinya.

Read More...

Indonesia Dalam Pelukan Musibah

Malam yang tenang, tidur malam yang lelap, lalu terjaga dengan lalai shalat jamaah subuh yang sudah 3 hari tak terlaksana...Astagfirullah lalainya Lelaki Kecil yang dhaif ini. Tuntunkan kebaikan pada diri ini yaa Rabbi...

Aku pun terbangun di bawah awan penyesalan, mendung dan perenungan menggulung-gulung. Walaupun aku tahu pagi di luar sana terdengar burung berkicau, nuansa pun dibuat tenang karenanya. Tapi sungguh bukan ini nuansa yang merundungi Indonesia. Negeri Khatulistiwa yang kita cintai ini tengah di peluk musibah.


Musibah terdekat dengan kota tempatku merantau ini adalah tentang sebuah Gunung muda yang tengah berstatus siaga dalam beberapa hari terakhir. Gunung Merapi yang merupakan gunung paling berbahaya di Indonesia telah meletuskan isi perutnya yang bersifat aliran (elusif) dan bukan ledakan (eksplosif) pada Selasa 26 Oktober pukul 17.02 WIB. Itu kemarin sore ketika mendekati Maghrib aku mengayuh si Black menuju kost di Jalan Kaliurang menuju selatan (kalau menyusuri jalan ini terus ke Utara maka Merapi adalah titik perhentiannya)

Baiklah begini kronologi letusan Merapi versi pemantau langsung sebagaimana siaran pers Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) pada detikcom, Rabu (27/10/2010). Untuk kali ini saya ngutip langsung dari web-nya agar jelas gimana step by step meletusnya gunung berapi itu, begini laporannya:

Ada 4 seismograf untuk mengamati akvitas vulkanik Merapi, yang diletakkan di Klatakan/Babadan/Magelang (sisi barat); Pusunglondon/Selo/Boyolali (utara); Deles/Klaten (timur/tenggara); dan Plawangan/Turgo/Kaliurang (selatan).

*Menjelang Pukul 16.00 WIB*
Aktivitas vulkanik masih cenderung naik, pasca naiknya status menjadi "Awas" sejak sehari sebelumnya. Secara visual melalui kamera yang diletakkan di pos pengamatan lereng Merapi tidak bisa diamati langsung karena tertutup kabut tebal sejak beberapa jam sebelumnya. Bahkan pos-pos yang berada di lereng Merapi pun melaporkan bahwa mereka tidak bisa memantau secara visual. Komunikasi melalui jaringan radio HT.

*Pukul 16.00 - 17.00 WIB*
Ada peningkatan aktivitas cukup signifikan meliputi gempa vulkanik, multiphase (MP), guguran, dsb. Tapi masih dianggap belum 'cukup' berbahaya. Tak ada gambaran visual sama sekali. Semua hanya tergantung pada alat-alat. Sempat ada wawancara oleh sejumlah media nasional pada petugas terkait kemungkinan/skenario letusan yang akan terjadi.

*Pukul 17.00 - 17.30 WIB*
Terjadi lonjakan aktivitas vulkanik yang sangat tajam, terutama mulai pukul 17.02 WIB, yang ternyata adalah luncuran awan panas. Empat seismograf tadi semuanya mencatat amplitudo getaran yang sangat lebar (besar), bahkan jarumnya pun terlepas berulang kali. Petugas monitoring mulai sibuk dan panik luar biasa, apalagi karena besarnya amplitudo dan lamanya kejadian. Pos-pos pengamatan di lereng pun juga melaporkan demikian, hanya saja sama sekali tidak diketahui, apa itu awan panas / yg lain. Semua tertutup kabut tebal. Tak ada yang bisa menduga ada apa di balik kabut tebal itu.

*17.30 WIB - 18.30 WIB*
Kabut masih sangat tebal dan mulai gelap. Semakin sulit untuk mengetahui apa yang terjadi di Merapi. Empat seismograf masih saja mencatat getaran yang sangat besar (dan lagi-lagi beberapa kali jarumnya sampai lepas, dan gulungan2 kertasnya diganti cepat sekali - padahal normalnya 12 jam sekali). Petugas menyatakan ada 3 kali letusan & luncuran awan panas dan kemungkinan eksplosif menyebar ke segala arah. Petugas pusat memperintahkan pada semua petugas pos di lereng merapi untuk langsung meninggalkan pos, turun untuk evakuasi. Petugas juga menghubungi aparat-aparat di beberapa tempat, agar dilakukan evakuasi paksa untuk warga. Sirene di berbagai tempat dibunyikan. Jaringan radio HT mulai sangat crowded, begitu pula jaringan telepon di pos. Beberapa petugas terlihat sangat panik (menangis?), sembari terus berdoa dan bertakbir.

*Pukul 18.30 - 19.00 WIB*
Petugas pusat mengeluarkan pernyataan/informasi resmi pada media, tentang terjadinya letusan ini, serta fokus sekarang adalah pada proses evakuasi. Aktivitas vulkanik yang terdeteksi di seismograf mulai menurun, kecuali 1 seismograf di Plawangan/Turgo/Kalikuning. Petugas mengkhawatirkan daerah sekitar Kinahrejo (tempat mbah Maridjan), Kaliadem, dan sekitar lereng selatan Merapi.

*19.00 WIB - ...
Petugas di pos-pos pengamatan lereng Merapi naik kembali ke pos mereka (tapi beberapa masih dilarang untuk kembali untuk beberapa saat). Hujan kerikil dan abu mulai dilaporkan oleh pos-pos pemantauan, terutama di daerah barat daya Merapi. Bau belerang juga bisa dicium dari sekitar lereng. Aktivitas Merapi dipantau dari seismograf, terus cenderung turun, bahkan stabil normal tenang, walau beberapa kali kadang terjadi guguran material. Secara visual Merapi masih tertutup kabut, sehingga tidak ada bisa yang bisa melihat 'seberapa besar letusan, kemana arah awan panas, dsb'. Kondisi petugas mulai tenang, bahkan beberapa kali terlihat bercanda. Wartawan dan media masih terus standby di pusat pemantauan, dan beberapa menyusul naik ke Kaliurang.

*Aftermath*
Petugas BPPTK menyatakan Merapi sekarang ini sedang dalam kondisi tidur nyenyak setelah aktivitas tadi. Belum diketahui, apakah akan ada aktivitas vulkanik susulan lagi. Mereka sempat khawatir, jika yang terjadi tadi hanyalah/baru awal saja. Sebagaimana pola-pola erupsi Merapi yang sebelumnya, yang biasanya kecil dulu, lalu sedang, besar, berkurang, kembali ke normal lagi, dst. Titik api / aliran lahar juga belum bisa dikonfirmasi. Apa yang terjadi tadi lebih besar daripada yang terjadi tahun 2006.

Lokasi yang terkena letusan / awan panas petang tadi, kemungkinan besar daerah-daerah sekitar lereng Merapi, dalam radius 4-6 km, terutama lereng selatan.

Abu/debu vulkanik dilaporkan bahkan sampai Gombong - Kebumen. Evakuasi masih terus dilakukan.(nrl/van--->www.detiknews.com)

Siapa yang tahu musibah itu datang? siapa yang mengerti kapan ajal datang? siapa pula yang bisa berencana tentang semua kehendak alam...hati kecil kita pastilah dengan ikhlas akan menjawab Allah...

Sedekat denyut nadi sedekat itu pula takdir Allah pada hambanya. Untuk dukaku pada Korban Meletusnya Merapi dan Indonesiaku yang dipeluk musibah...tabahlah!

Read More...